*****TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN-KOMENTAR-JEMPOL-DAN-FOLLOW ANDA DI ARFAN BLOG™ MENEBAR ILMU MERAIH AMAL*****

Senin, 13 Mei 2013

Penghambaan Pada Allah

Rasa penghambaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah bentuk yang paling agung yang dirasakan setiap muslim. Adalah sebuah nikmat besar, yang siapapun tidak dapat mengetahui artinya kecuali mengikhlaskan sepenuh bentuk ibadah hanya kepada Allah, yang tidak ada tandingan bagiNya. Dari semua sisi ini kita akan mencoba memberikan sedikit masukan dan pengajaran kepada para dai, penuntut ilmu dan siapa saja yang sedang mencari tahu tentang bentuk penghambaan seorang manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentang  apa, pengertian, dan pembagian penghambaan seorang manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketahuilah wahai saudaraku kaum muslimin, bahwa penghambaan itu terbagi menjadi dua, yaitu penghambaan khusus dan umum.
Adapun yang khusus adalah penghambaan dengan penuh cinta dan ketundukkan serta ketaatan yang maksimal, dimana semua inilah yang akan memuliakan dan mengagungkan seorang hamba. Sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah,
اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (١٩)

“Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya; Dia memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Yang maha Kuat, lagi Maha Perkasa.” (QS. asy-Syura:19)
Allah berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا (٦٣)

“Dan hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. al-Furqan:63).
Bentuk penghambaan seperti ini hanya dimiliki khusus oleh orang-orang yang beriman sedang mereka taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, merekalah yang tidak disertai orang-orang kafir yang telah keluar dari syariatNya baik dari perintah ataupun laranganNya. Adapun manusia yang lain sangat menyelisihi dan berbeda dari golongan ini dengan perbedaan yang sangat mencolok.
Maka setiap hamba yang cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan dan Allah larang serta tunduk kepada syariatNya adalah ia yang paling banyak memiliki rasa penghambaan ini.

Dan seagung-agungnya manusia yang mempunyai kedudukan seperti ini adalah mereka para nabi dan rasul. Dan yang teragung dari mereka adalah nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Oleh karena itu tidaklah tersebutkan di dalam Al-Qur’an seorangpun yang disifati dengan sifat penghambaan yang maksimal kecuali hanya beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sifat penghambaan ini sebagai kedudukan yang paling agung sebagaimana kedudukan sebuah wahyu, Allah berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا (١)

“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya al-kitab (Al-Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya” (QS. al-Kahfi :1). Sebagaimana agungnya juga kedudukan Isra’, lewat ayatNya:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (١)

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari almasjid haram ke almasjid aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Isra’:1), sebagaimana agungnya dakwah lewat firmanNya,
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا (١٩)
“Dan bahwasannya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembahnya (mengerjakan ibadat) hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya (QS. Al-Jin:19). Dan ayat-ayat yang lain.
Sedang kemulian dari segala kemuliaan dari penghambaan ini tidaklah akan dapat teraplikasikan kecuali jika kita sudah memiliki rasa rendah diri dan rasa kepapaan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian itu tidak akan terjadi kecuali jika seorang manusia mampu menyatukan antara rasa kecintaan kepada Allah, rasa takut, serta mengharap segala kemuliaan dan pahalaNya.

Adapun penghambaan umum adalah sebuah penghambaan yang semua makhluk tidak dapat keluar darinya. Atau biasa disebut sebagai sebuah penghambaan yang dipaksakan. Semua makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berlaku atas mereka segala ketentuan hukumNya. Yang mereka wajib tunduk terhadap segala ketetapanNya. Siapapun tidak dapat memiliki pada dirinya mara bahaya atau sebuah kenikmatan kecuali atas izin Rabbnya dan Raja Diraja yang dapat mengubah-ubah semuanya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bentuk penghambaan seperti inilah yang terdapat dalam firman Allah, “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.”(QS. Maryam: 93).

Adapun penghambaan ini tidak dapat menimbulkan sebuah kemuliaan atau kelebihan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka siapa saja yang berpaling dari bentuk penghambaan yang khusus, maka dia tetap terkungkung dan terpaksa dalam bentuk penghambaan yang umum. Siapapun tidak dapat lari dan keluar darinya. Karena semua makhluk ciptaan adalah hamba Allah, maka siapa saja yang tidak mau beribadah menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tetap mempunyai pilihan sebagai hambaNya dengan paksa

Mari kita selalu memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang ikhlas dan dari para waliNya yang selalu bertaqarrub kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa. Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih Tahu dan lebih Bijaksana. Wa Sholallahu alaihi wasalam dan semoga Allah memberikan berkah kepada hambaNya, nabiNya nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para keluarga, dan sahabatnya semua.
(Majalah Qiblati Edisi 6 Tahun 1)

Pelajaran Dari "PAKU"

Suatu ketika ada seorang anak laki laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi sifat marah sang anak, ayahnya memberi sekantung paku dan menyuruhnya memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama, anak itu telah memakukan 48 buah paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlahnya berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarah daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana sang anak betul betul bisa mengendalikan amarah dan tidak cepat hilang kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini pada ayahnya, yang mengusulkan untuk mencabut sebuah paku setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari hari berlalu dan anak laki laki itu akhirnya memberitahukan ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya.
Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar, “Hmm…kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang lubang dipagar ini. Pagar ini tidak akan pernah sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini…di hati orang lain”.

Kamu dapat menusukkan pisau kepada orang lain, lalu kamu mencabutnya. Tapi tidak peduli berapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata kata adalah sama buruknya dengan luka fisik.

Minggu, 12 Mei 2013

ULAT DAN DAUN HIJAU




Musim hujan sudah berlangsung selama dua bulan sehingga dimana-mana pepohonan tampak menjadi hijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.

"Apa kabar daun hijau !!” katanya. Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang. "Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kecil dan kurus, mengapa?" tanya daun hijau.

"Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bisakah Engkau membantuku sobat?" kata ulat kecil.
"Tentu..tentu..mendekatlah ke mari." Daun hijau berpikir, Jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau, hanya saja aku akan kelihatan belobang-lobang. tapi tak apalah. Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlobang di sana sini namun ia bahagia bisa melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar. Tidak lama berselang ketika musim panas datang. Daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar.

Apa yang terlalu berarti di dalam hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh akhirnya semua yang ada akan binasa.

Daun hijau yang baik mewakili orang-orang yang masih mempunyai "hati" bagi sesamanya. Yang tidak menutup mata ketika melihat sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah-olah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri.

Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah. Ketika berkorban, diri kita sendiri menjadi seperti daun yang berlobang namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita. Kita akan tetap hijau,

Alloh akan tetap memberkati dan memelihara kita. Bagi "daun hijau" , berkorban merupakan satu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai daun hijau. Suatu hari Ia akan kering dan jatuh. Demikianlah hidup kita, hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik : kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.

Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi anda. Dalam banyak hal kita bisa berkorban. Mendahulukan kepentingan sesama, melakukan sesuatu bagi mereka, memberikan apa yang kita punyai dan masih banyak lagi pengorbanan yang bisa dilakukan.

Membeli Waktu Ayah

Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul  21.00 malam. Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu  sangat melelahkan baginya. Sesampainya di rumah ia mendapati anaknya yang berusia 8 tahun yang duduk di kelas 2 SD sudah menunggunya di depan pintu rumah.  Sepertinya ia sudah menunggu lama.
“Kok belum tidur?” sapa sang Ayah pada anaknya.
Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja,  dan baru bangun ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari.
“Aku menunggu Papa pulang, karena aku mau tanya berapa sih gaji Papa?”, kata sang anak.
“Lho, tumben, kok nanya gaji Papa segala? Kamu mau minta  uang lagi ya?”, jawab sang ayah.
“Ah, nggak pa, aku sekedar..pengin tahu aja…” kata anaknya
.
“Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.400.000. Setiap bulan  rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Papa satu bulan berapa, hayo?!”, tanya sang ayah.
Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman.
Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya.

“Jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000 utuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000 dong!”
“Kamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!”
Tapi sang anak tidak mau beranjak. “Papa, aku boleh pinjam uang Rp 10.000 nggak?”
“Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur”
“Tapi papa..”
“Sudah, sekarang tidur” suara sang Ayah mulai meninggi.
Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.
Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang terisak-isak sambil memegang uang Rp 30.000.
Sambil mengelus kepala sang anak, Papanya berkata  “Maafin Papa ya! Kenapa kamu minta uang malam-malam begini.. Besok kan masih bisa. Jangankan Rp.10.000, lebih dari itu  juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?”
“Papa, aku ngga minta uang. Aku pinjam…nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.”
“Iya..iya..tapi buat apa??” tanya sang Papa.
“Aku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Satu jam saja pa, aku mohon. Mama sering bilang, kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 30.000. Tadi Papa bilang, untuk satu jam Papa dibayar Rp 40.000.. Karena uang tabunganku hanya Rp.30.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp 10.000 dari Papa” Sang Papa cuma terdiam.
Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil menangis. Mendengar perkataan anaknya, sang Papa langsung terdiam, ia seketika terenyuh, kehilangan kata-kata dan menangis..
Ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..
“Maafkan Papa sayang…” ujar sang Papa.
“Papa telah khilaf, selama ini Papa lupa untuk apa Papa  bekerja keras. Maafkan Papa anakku” kata sang Papa ditengah suara tangisnya.
Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang Papanya.
============================
Saya ingin bertanya kepada Anda saat ini..
Sebetulnya, apakah alasan Anda untuk bekerja sangat keras dan mencari kesuksesan karir Anda?
Demi uang yang banyak? Atau sesungguhnya demi keluarga Anda?
Seringkali kita bekerja terlalu sibuk sehingga kita melupakan bahwa di akhir, keluargalah yang terpenting.
Tidak ada gunanya Anda sukses tapi pada akhirnya keluarga Anda telah meninggalkan Anda atau hubungan Anda dengan keluarga telah rusak.
Sesungguhnya, untung anak tersebut bicara dan komunikasi dengan orang tuanya untuk mencurahkan perasaannya.
Sering kali, anak cenderung diam dan bahkan tidak berbicara sama sekali tentang kondisinya kepada orang tua.
Ketika di tanya mereka hanya menjawab “Tidak ada apa-apa”
Bagaimana caranya Anda bisa menyelesaikan masalah jikalau Anda bahkan tidak tahu masalahnya dimana?
Hal ini sering kali terjadi pada anak dan khususnya terjadi pada anak di masa remaja.
Mereka merasa diabaikan/ditinggalkan, tidak di cintai, tidak dihargai oleh orang tuanya sendiri..
Pertanyaan berikutnya mungkin cukup berat untuk Anda..
“Menurut Anda, lebih baik Anda mencintai anak Anda atau Anak Anda merasa di cintai oleh Anda?”
Coba renungkan jawaban dari pertanyaan tersebut..
Jadi, apa yang bisa Anda lakukan?
Pelajari bahasa cinta anak Anda dan lakukan yang terbaik  untuk memenuhi cinta anak Anda.
Setiap anak memiliki bahasa cinta yang berbeda…
Ada yang merasa waktu berkulitas cukup, ada yang berharap  dari hadiah, ada yang perlu di peluk.
Setiap anak unik tapi Anda bisa mengenalnya..
Lalu, bagaimana jikalau mereka tidak berbicara?
Itulah gunanya tulisan tangan mereka. Anda bisa melihat emosi mereka di dalam tulisan tangan mereka.
Itulah pentingnya Anda mengerti akan tulisan tangan dan  mempelajarinya. Anda akan tahu dengan pasti situasi anak  Anda dan apa yang terjadi pada mereka.

Palu Penghacur Kaca


Palu Penghancur Kaca
Apa makna dari pepatah kuno diatas?
Jika jiwa kita rapuh seperti kaca, maka ketika palu (masalah) datang menghantam, kita akan mudah putus asa, frustasi, kecewa, marah, dan jadi remuk redam. Jika kita adalah kaca, maka kita juga rentan terhadap benturan. Kita mudah tersinggung, kecewa, marah, atau sakit hati saat kita berhubungan dengan orang lain. Sedikit benturan sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan hubungan kita.
Jangan pernah jadi kaca, tapi jadilah baja. “Mental baja” adalah mental yang selalu positif, bahkan tetap bersyukur di saat masalah dan keadaan yang benar-benar sulit tengah menghimpitnya.
Mengapa demikian? Orang yang seperti ini selalu menganggap bahwa “masalah adalah proses kehidupan untuk membentuknya menjadi lebih baik”. Sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yang lebih berguna setelah lebih dulu diproses dan dibentuk dengan palu. Setiap pukulan memang menyakitkan, namun mereka yang bermental baja selalu menyadari bahwa itu baik untuk dirinya.
Jika hari ini kita sedang ditindas oleh masalah hidup, jangan pernah merespons dengan sikap yang keliru!
Jika kita adalah “baja”, kita akan selalu melihat palu yang menghantam kita sebagai sahabat yang akan membentuk kita. Sebaliknya jika kita “kaca” maka kita akan selalu melihat palu sebagai musuh yang akan menghancurkan kita.

Kisah Pohon Apel dan Anak Lelaki



Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu.
"Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu."
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat Senang melihatnya datang.
"Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel.
"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku..?"
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.
"Ayo bermain-main lagi denganku." kata pohon apel.
"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau.
Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah. Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu. Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."
"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu." Jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." Kata pohon apel.
"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." Jawab anak lelaki itu.
"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini. "Kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." Kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita masih kecil, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.

Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya dating ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apapun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.
Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita, tanpa kita sadari. Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Sabtu, 11 Mei 2013

Mengapa Puasa Disyariatkan?

Oleh: DR. Zuhair Qarami
(Anggota Divisi I'jaz Ilmi Rabithah al-'Alam al-Islami)

Disyariatkannya puasa memiliki banyak hikmah yang besar, yang menjadikannya termasuk diantara kewajiban-kewajiban Islam, satu rukun dari rukun-rukun Islam. Betapa banyak manfaat besar di dalamnya, dan betapa banyak pengaruh berkah yang ada di dalamnya.
Puasa adalah sebuah ibadah yang dengannya seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala, meninggalkan kesenangan dan hawa nafsunya, sebagai bentuk ketaatan kepada Rabb-nya, mendahulukan kecintaan kepada-Nya, mendahulukan apa-apa yang dicintai oleh Pencipta dan Penolongnya daripada sesuatu yang dicintai oleh jiwa dan hawa nafsunya. Maka dengan semua itu tampaklah kejujuran iman dan kesempurnaan peribadatannya kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala .

Di dalam puasa, seseorang bisa berusaha menahan, dan menguasai jiwanya. mengendalikannya menuju kepada kebaikan, kebahagiaan dan keberuntungan jiwa dunia maupun akhirat. Yaitu saat orang tersebut bersabar dalam menjalankan ketaatan dan meninggalkan hawa nafsunya demi perintah Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Di dalam puasa, terdapat pembersihan dan penyucian jiwa dari kesombongan hingga dia tunduk kepada kebenaran, dan meninggalkan syahwat.
Puasa mengingatkan seorang hamba akan keagungan nikmat Allah atasnya, dan besarnya kebaikan-Nya kepadanya. Sesungguhnya jika dia lapar dan haus dia ingat akan perut-perut orang yang kelaparan, dan jiwa-jiwa miskin, hal tersebut menuntun lisannya untuk memuji Allah atas segala nikmat yang telah Dia berikan, serta bersyukur atas anugerah dan kemuliaan yang diberikan kepadanya.
Puasa termasuk sebab terbesar dalam membersihkan jiwa dari kotoran-kotorannya, menyucikan jiwa dengan perbaikan akhlaq serta membersihkan akhlaq tersebut dari segala macam cacat cela, juga mermbersihan hati dan melembutkannya, menanam tanaman taqwa di dalamnya, serta mengokohkannya dengan rasat takut terhadap Sang Pencipta, dan Pemeliharanya.

Allah Subhanaahu wa Ta`ala telah menjelaskan bahwa hikmah kewajiban puasa adalah untuk mewujudkan ketaqwaan. Dan taqwa adalah sebuah kalimat yang mengumpulkan segala macam bentuk kebaikan dengan melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan serta keburukan. Berhati-hati dari ketergelinciran syahwat dan termakan syubhat.  
Sumber: Majalah Qiblati edisi 1 Tahun II

KISAH SAKITNYA IBUNDAKU


KISAH SAKITNYA IBUNDAKU 
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi

Ibundaku terlahir dan hidup sepanjang usianya di distrik al-Hujun di Makkah al-Mukarromah. Saat penduduk al-Hujun pergi meninggalkan kampung mereka yang sederhana menuju distrik baru yang layak dengan kehidupan kota modern pada hari ini, ibundaku tetap tinggal di kampung bersama dengan sejumlah kecil dari penghuni kampung. Maka jadilah kampung al-Hujun bagi orang seperti kami yang sudah keluar meninggalkannya sebagai tempat yang menyimpan kenangan indah.
Pada saat muncul keputusan pengosongan dan penghancuran kampung al-Hujun, ibu saya ajak pergi ke rumah kakak sulung saya, sementara tangisan dan kesedihan memeras hatinya. Setelah beberapa waktu dari perpindahannya, dimulailah pekerjaan penghancuran. Maka berkatalah ibu, ‘Kalau rumah kita roboh, maka aku juga akan roboh.’ Bersamaan dengan berjalannya hari, dan dekat masa penghancuran rumah kami, mulailah kesehatan ibu saya terpengaruh. Ketik mereka menghancurkan rumah kami, maka kesehatan ibu menurun drastis, kemudian setelah itu beliau terbaring dengan merasakan sakit parah pada kepala beliau.
Maka kami pun membawa beliau ke rumah sakit. Di sanalah tersingkap bahwa beliau terkena penyakit kanker di kepala beliau. Sungguh berita itu laksana petir bagi kami, putra putri beliau. “Keistimewaan” penyakit ini adalah menyebar dengan sangat cepat. Maka para dokter pun memberi tahu kami tentang pentingnya segera operasi. Ketika saya bertanya tentang bahaya operasi dan prosentase keberhasilannya, ternyata harapan tersebut tidak besar (sangat tipis), bahwa beliau akan hidup dalam keadaan buruk, karena keberadaan mereka yang akan menghilangkan satu bagian besar dari kepala, pipi, dan sisi tulang rahang bagian kiri. Semua itu tidak diketahui oleh ibunda, dimana kami beritahukan kepada beliau bahwa itu adalah sakit ringan yang membutuhkan perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit.
Setelah berfikir panjang, saya pun mengambil keputusan untuk tidak melakukan operasi di tengah kebingungan para dokter. Saya mengambil keputusan untuk mengandalkan pengobatan syari’i (ruqyah syar’iyah, air zam-zam, do’a dan shadaqah) padahal ibu saya selalu meruqyah dirinya sendiri, akan tetapi beliau tidak tahu kondisi sakit beliau.
Pada suatu hari, masuklah seorang dokter perempuan ke kamar beliau, lalu memberitahukan kondisi beliau, maka ibu tertimpa kondisi kejiwaan yang sangat buruk. Hingga menjadikan beliau tidak berbicara kecuali jarang, lalu kesehatannya menurut drastis, daya tahan tubuhnya menjadi sangat lemah dimana beliau tidak kuasa dijenguk oleh orang yang terkena influenza atau yang memakai minyak wangi.
Kondisi ibunda sampai kepada kondisi terburuk, yaitu sampai kepada tingkatan tidak makan kecuali dengan infuse. Maka menjadi kuruslah tubuh beliau, dan tulang-tulang beliau menjadi tampak kepada kami karena turunnya berat badan beliau secara drastis.
Kala itu saya berusaha untuk meruqyah beliau dengan ruqyah syar’iyyah, demikian pula salah seorang masyayikh juga meruqyah beliau. Beliau tidak minum kecuali air zam-zam. Akan tetapi setelah lewat beberapa hari, bertambahlah rasa sakit beliau. Kemudian dilakukanlah pemeriksaan dan proses radiologi bagi beliau, lantas menjadi jelaslah penyebaran kanker di kepala menjadi lebih banyak. Setelah beberapa waktu, kanker itu menyebar hingga pada tingkatan beliau tidak mampu lagi membuka mulut beliau. Kemudian kami bisa melihat pembengkakan yang sedikit keluar dari dua bibir. Setelah beberapa hari terus menerus ruqyah, do’a dan shadaqah, serta air zam-zam, tampak juga terus menerusnya penyebaran tumor kanker tersebut yang sampai pada fase membahayakan yang mustahil bisa dilakukan operasi terhadap beliau.
Sekalipun demikian, kami tidak pernah putus asa dari rahmat Allah. Maka sayapun memutuskan untuk safar ke Indonesia untuk beberapa waktu demi mendo’akan beliau saat saya berada dalam safar. Kala itu, beliau telah keluar dari Rumah Sakit menuju rumah beliau. Sekembali saya dari safar, kondisi beliau masih seperti semula. Tetapi, setelah beberapa hari kedatangan saya, sepertinya kami mulai merasakan sesuatu, dari perubahan positif pada kesehatan beliau.
Kurang lebih dua hari setelahnya, kami menjadi yakin akan membaiknya kondisi beliau dari sela berkurangnya kekuatan rasa sakit yang telah dialami oleh beliau bila dibandingkan dengan sebelumnya. Kemudian mulailah kondisi kejiwaan beliau membaik, dimana beliau menjadi mau berbicara dengan orang lain. Kemudian beliau mulai mau makan sedikit. Lalu tubuh beliau mulai membaik, dimana bobot beliau bertambah sedikit.
Bersamaan dengan perasaan bahagia kami akan perkembangan kesehatan yang besar ini, kamipun membawa beliau ke Rumah Sakit untuk mendiagnosa kondisi beliau. Maka tampaklah hasilnya yang belum pernah ada dalam benak kami, tidak juga dalam benak para dokter.
Yang mengejutkan, di tengah diagnose tersebut adalah mulai bertambahnya jumlah para dokter yang kemudian mengumumkan dengan keheranan akan tidak ditemukannya tumor apapun di kepala beliau. Itu adalah sebuah kebahagiaan besar bagi kami, yang saya tidak bisa mensifatkannya kepada Anda sekalian. Akan tetapi cukuplah saya katakan bahwa hal itu adalah sebuah kebahagiaan yang sangat besar. Maka para dokter pun bertanya dengan penuh keheranan, apa yang telah kalian lakukan hingga tumor itu hilang dari kepalanya? Maka kami beritahukan kepada mereka dengan apa yang telah kami lakukan. Maka kebahagiaan para dokter pun sangat besar, karena keberadaan mereka yang telah mengatakan, ‘Bahwa kami dulu pernah mendengar sesuatu seperti ini telah terjadi pada suatu hari, dan kami tidak mengetahui kebenaran cerita itu dari kedustaannya, akan tetapi kami sekarang melihatnya dengan mata kepala kami satu kondisi yang kami dulu berharap agar kondisi itu melewati kami dalam kehidupan kedokteran kami.’
Ketika ibu mengetahui berita tersebut, maka kondisi kesehatan beliau menjadi lebih baik, hingga beliau kembali seperti sedia kala selama kurang lebih satu minggu. Maka segala puji bagi Allah, dengan pujian yang banyak, atas nikmat-Nya yang Dia anugerahkan kepada kami. Segala puji bagi Allah, dengan pujian orang-orang yang pandai bersyukur.
Sesungguhnya saya dengan kisah ini, tidaklah bertujuan riya’ atau sum’ah dibaliknya, mudah-mudahan Allah melindungi kami dan Anda semua dari yang demikian. Namun saya ingin menanamkan pengobatan syar’i di tengah manusia, serta bertawakkal kepada Allah, dan bersandar kepada-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya dulu, sebelum segala sesuatau.

YA ALLAH, SEMBUHKANLAH, ORANG-ORANG SAKIT KAMI, DAN ORANG-ORANG SAKIT KAUM MUSLIMIN.

Sumber : http://qiblati.com/kisah-sakitnya-ibundaku.html

Mukjizat Alloh yang Mencengangkan Para Ilmuwan Barat




Pada sebuah penelitian ilmiah yang diberitakan oleh sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, menyebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang mengadakan penelitian mendapatkan suara halus yang keluar dari sebagian tumbuhan yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam dengan sebuah alat perekam tercanggih yang pernah ada.


Para ilmuwan selama hampir 3 tahun meneliti fenomena yang mencengangkan ini berhasil menganalisis denyutan atau detak suara tersebut sehingga menjadi isyarat-isyarat yang bersifat cahaya elektrik (kahrudhoiyah ) dengan sebuah alat canggih yang bernama Oscilloscope. Akhirnya para ilmuwan tersebut bisa menyaksikan  denyutan cahaya elektrik itu  berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik!!!
Prof. William Brown yang memimpin para pakar sains untuk mengkaji fenomena tersebut mengisyaratkan setelah dicapainya hasil bahwasanya tidak ada penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut. Padahal seperti diakui oleh sang profesor bahwa pihaknya telah menyerahkan hasil penelitian mereka kepada universitas-universitas serta pusat-pusat kajian di Amerika juga Eropa, akan tetapi semuanya tidak sanggup menafsirkan fenomena bahkan semuanya tercengng tidak tahu harus berkomentar apa.

Pada kesempatan terakhir, fenomena tersebut dihadapkan dan dikaji oleh para pakar  dari Britania, dan di antara mereka ada seorang ilmuwan muslim yang berasal dari India. Setelah 5 hari mengadakan kajian dan penelitian ternyata para ilmuwan dari Inggris tersebut angkat tangan. Sang ilmuwan muslim tersebut mengatakan: “Kami umat Islam tahu tafsir dan makna dari fenomena ini, bahkan semenjak 1.400 tahun yang lalu!”
Maka para ilmuwan yang hadir pun tersentak dengan pernyataan tersebut, dan meminta dengan sangat untuk menunjukkan tafsir dan makna dari kejadian itu.
Sang ilmuwan muslim segera menyitir firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (٤٤)

 “…Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra`: 44)
Tidaklah suara denyutan halus tersebut melainkan lafazh jalalah (nama Allah) sebagaimana tampak dalam layar.
Maka keheningan dan keheranan yang luar biasa menghiasi aula di mana ilmuwan muslim tersebut berbicara.
Subhanallah, Maha suci Allah! Ini adalah salah satu mukjizat dari sekian banyak mukjizat agama yang haq ini! Segala sesuatu bertasbih mengagungkan nama Allah. Akhirnya orang yang bertanggung jawab terhadap penelitian ini, yaitu profesor William Brown menemui sang ilmuwan muslim untuk mendiskusikan tentang agama yang di bawa oleh seorang Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) sebelum 1.400 tahun lalu tentang fenomena ini. Maka ilmuwan tersebut pun menerangkan kepadanya tentang Islam, setelah itu ia memberikan hadiah al-Qur`an dan terjemahnya kepada sang profesor.
Selang beberapa hari setelah itu, profesor William mengadakan ceramah di Universitas Carnich – Miloun, ia mengatakan: “Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam al-Qur`an. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan syahadatain: “Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq  melainkan Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya!”
Seorang profesor ini telah mengumumkan Islamnya di hadapan para hadirin yang sedang terperangah.
Allahu akbar! Kemuliaan hanyalah bagi Islam, ketika seorang ilmuwan sadar dari kelalaiannya, dan mengetahui bahwa agama yang haq ini adalah Islam!
(Majalah Qiblati Edisi 11 Tahun I)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...