Hari ini kita kembali memasuki Bulan Muharram 1434 Hijriah. Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat, semuanya berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Selayaknya bagi kita untuk banyak bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla yang telah menganugerahkan kepada kita umur hingga kembali bertemu degan bulan yang mulia ini. Begitu pula, muhasabah (intropeksi diri) dan istighfar adalah penting dilakukan setiap Muslim. Mengapa? Ya, karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak disadari, kematian akan datang sewaktu-waktu, bisa jadi ketika sedang atau selesai menulis Artikel ini, atau bahkan ketika anda sedang membaca Artikel ini, dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal Shalih kita.
Pembaca yang budiman kali ini saya ingin berbagi tulisan yang berkaitan dengan Bulan Muharram, silahkan dibaca.
Bulan Haram
Bulan Muharram, Sesungguhnya bulan Allah, Muharram merupakan bulan yang agung lagi penuh berkah. Muharram adalah awal bulan pada tahun Hijriyah dan termasuk salah satu dari bulan-bulan haram, firman Allah ‘azza wa jalla, yang Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12, dalam ketetapan Allah Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu”. (QS. At-Taubah : 36).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setahun terdiri dari 12 bulan di dalamnya terdapat 4 bulan, tiga diantaranya berurutan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan ke-4 adalah Rajab yang diantarai oleh jumadil (awal dan tsani) dan Sya’ban”.(HR.Bukhari)
Adapun maksud dari: “Janganlah kamu menganiaya diri kamu”, berkata Qatadah rahimahullah: “Sesungguhnya kedzhaliman yang dikerjakan pada bulan-bulan haram lebih besar dosanya dibadingkan dengan di luar bulan-bulan haram, walaupun sebenarnya kedzhaliman di dalam segala hal dan keadaan merupakan dosa besar akan tetapi Allah ‘azza wa jalla senantiasa mengagungkan dan memuliakan dalam beberapa perkara/urusan menurut kehendaknya”. (Tafsir Ibnu Katsir surat At-Taubah:36).
Memperbanyak Puasa Sunnah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah Bulan Muharram”. (HR. Muslim)
Keutamaan Puasa ‘Asyura dan Tasu’ah
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata ; “Saya tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikan satu hari untuk berpuasa yang paling beliau utamakan dari selainnya, kecuali pada hari ini yakni hari ‘Asyura dan bulan ini yakni Ramadhan”. (HR. Bukhari)
‘Asyura adalah hari kesepuluh pada Bulan Muharram.
Pembaca yang budiman, kita juga disunnahkan untuk berpuasa pada hari sebelum ‘Asyura yaitu hari kesembilan pada Bulan Muharram atau biasa disebut dengan puasa tasu’a.
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma telah berkata: “ Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa, mereka berkata: “Wahai Rasulullah sesungguhnya ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang –orang Yahudi dan Nashrani, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pada tahun mendatang Insya Allah kita juga akan berpuasa pada hari kesembilan” dia ( Ibnu Abbas) berkata:”akan tetapi beliau telah wafat sebelum tahun depan”. (HR.Muslim)
Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan yang lainya berkata : Disunnahkannya berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat berpuasa pada hari kesembilan